Friday 14 June 2013

Revenge 4 'dikeplak polisi vs dikeplak dia'

Dear mbak Ambar, 
Nih cerita tentang adegan tampar
Semoga dengan cerita ini mbak Ambar gak lagi-lagi minta tampar
Daripada tampar mending minta duit beberapa eksemplar
mayan bisa buat beli makeup biar dandanan makin cetar
hahaha

Jadi ceritanya, aku pernah ditampar oleh dua oknum yang sama sekali aku gak kenal. Sepertinya lebih tepat disebut dikeplak sih. Dan fyi, dikeplak itu lebih sakit daripada ditampar. Kalau ditamparkan fokusnya cuman di pipi, jadi pelaku pun cuman nyiapin tenaga buat nyakitin pipi aja. Nah kalo dikeplak itu targetnya kepala. gak ngincer pipi, mata, kuping atau dagu, tapi ya kepala secara menyeluruh. Jadi logikanya, untuk membuat semua bagian yang ada dikepala itu sama-sama ngerasain sakitnya, otomatis tenaga yang dipake juga lebih banyak dong ya. Sakit? udah pastiii. Kan kalau keplakin kepala tapi gak sakit udah ada sebutannya sendiri, toyooor. ya kan ya kan? :p

1. Dikeplak polisi
Denger polisi jangan langsung maki-maki si polisi gitu sih. gak baik tau su'udzon terus sama polisi. kan gak semua polisi ngeselin *edisi sok wise*. Karena adegan ini emang murni kesalahanku kok. Jadi waktu itu,  jam 10 malem. Aku dalam perjalanan pulang dengan diiringi dering telpon yang gak perlu diangkat pun aku udah tau kalau itu (masih) telpon dari kakakku yang menanyakan keberadaanku kenapa belum tiba di rumah. Saking dagdigdugnya diperjalanan karena takut kena semprot kakakku, aku gak nyadar kalau ada razia di depan. Ketika sadar aku berpikir masih ada kesempatan untuk menghindari razia itu dan langsung berbelok ke arah kiri. Ternyata karena kekhawatiranku, aku jadi gak inget kalau setiap razia pasti di beberapa titik ada polisi yang standby untuk mengantisipasi pengendara motor yang mau kabur. Seketika itu juga ada polisi yang tiba-tiba menyegat motorku dengan kasar. Waktu itu nyaliku lagi tinggi, daripada ngeladenin si polisi aku lebih takut membayangkan amarah kakakku. Akhirnya aku tetap berusaha tancap gas dan menghindari polisi itu. Tiba-tiba saja "PLAK!", polisi itu mengarahkan hantaman ke arah helmku. Kepalaku langsung kliyengan, rasanya pengen teriak tapi suara gak bisa keluar. Bisa dibayangkan rasanya sakit banget meskipun sudah berlapis helm. Samar-samar pun aku dengar suara orang disekitar mengucap 'Oh' dengan nada prihatin. Si Polisi tampaknya tidak peduli dengan rasa sakit di kepalaku, dia kemudian langsung berteriak kepadaku untuk membuka helm. Aku tak berdaya, aku diam dan menurutinya. Tak disangka waktu aku membuka helm si Polisi langsung terkejut, pun demikian dengan orang disekitar yang terdengar kasak kusuk. Sekian detik dengan ekspresi kagetnya akhirnya si Polisi meminta maaf karena telah memberikan keplakan maha dahsyat karena saya dikira seorang pria. Karena merasa kasian sama saya akhirnya si polisi malah mengarahkan saya untuk menepi dan istirahat di trotoar. Singkatnya, bahkan si polisi mau saya minta tolong untuk mengangkat telpon kakak saya dan bilang saya masih belum sanggup mengendarai motor. Akhirnya kakak saya menjemput saya dan melupakan amarahnya. Saya sudah gak tau harus senang atau sedih waktu itu. 
*fyi aku dulu tomboi, pake kemeja flanel. Tapi sebenernya juga gak terlalu cowok banget sih, tapi karena aku nekat melawan polisi mungkin si polisi langsung mikir kalau aku cowok bandel. eh biar kerenan dikit sih, dikiranya aku badboy! hahahaha

2. Dikeplak Dia
Waktu itu sahabatku ulang tahun. Layaknya ulang tahunan seorang sahabat, aku dan beberapa teman juga mempersiapkan surprise untuk Novi, sahabat kami. Berdasarkan skenario, yang bertugas untuk berinteraksi memancing kedatangan Novi adalah Brian. Oleh karena itu yang lain harus bersembunyi. Karena surprise itu (direncanakan) dilakukan dipinggir jalan, akhirnya kami juga harus bersembunyi di sekitaran jalan itu, Kami mencari tempat persembunyian masing-masing sampai pada akhirnya aku memilih untuk memarkirkan motorku di depan sebuah warnet. 'Disitu ada tukang parkirnya, jadi aman' begitu pikirku. Ketika aku memasuki area parkir, aku mengarahkan motorku ke tempat si tukang parkir berdiri karena menurutku tempat itu paling pojok, jadi enak kalau mau keluar-keluar. Saat sudah di area itu, si tukang parkir tidak beranjak dari tempatnya berdiri, dia melihat ke arah samping. Kukira dia tidak menyadari kedatanganku, akhirnya aku membuka kaca helmku dan bilang permisi. Tiba-tiba saja kepalaku dikeplak (lagi-lagi dikeplak) oleh tukang parkir itu. Aku kaget dan reflek berteriak meskipun tidak terlalu keras. Aku mencoba melihat kearahnya untuk mengklarifikasi kejadian itu. Tapi saat aku melihat ke matanya, aku melihat tatapan yang kosong tapi dengan mata yang merah seperti orang marah. Seketika itu juga aku melihat tangan si tukang parkir itu kembali terangkat. Lagi-lagi aku refleks teriak dan berusaha keluar dari area itu. Ternyata adegan itu membuat orang-orang sekitar perhatiannya beralih ke arahku. Aku berhenti di dekat-dekat situ untuk menenangkan diri. Tak disangka seorang ibu sedikit mendekat ke arahku dan berkata seolah menyalahkan 'udah tau orang gila kok ya digangguin to mbak'. Buuuuu, siapa juga yang tau kalau dia orang gila -___-

No comments:

Post a Comment